tiktok

Ronaldy, Sebuah Teladan Dalam Mencintai Ilmu

Dalam hidup ini kita pasti pernah dipertemukan dengan sosok-sosok unik yang akan ambil bagian menjadi tokoh dalam penggalan kisah hidup kita. Keberadaan orang-orang unik itulah yang nanti akan banyak memberi warna atau buah bibir dalam cerita-cerita perkawanan. Di tempat bertugas saya selama 3 tahun ini saya pun menemukan orang unik tadi. Salah satunya adalah Mas Ronaldy. 

Nama lengkapnya adalah Mohammad Ronaldy Aji Saputra, S.Pd. Calon M.Pd. Saya dan kawan-kawan memanggilnya Pak Aldy. Tapi dalam tulisan ini Saya akan menyebutnya Mas Aldy agar terkesan lebih muda. Walau sesungguhnya dia memang masih muda, 5 tahun lebih muda dari saya. 

Supel, itulah kesan pertama yang saya tangkap dari Mas Aldy saat pertama kali bertemu. Orangnya sangat egaliter dan cenderung blak-blakan. Dia bisa berbicara dengan siapapun tanpa merasa berjarak dan rasa sungkan. Baru pertama kali kenal tapi rasanya sudah lama mengenal. Rasa sungkan atau ewuh pakewuh saat berinteraksi dengan orang lain adalah hal yang sangat sulit kita temui pada diri Mas Aldy. Maka tak heran jika dia memiliki banyak sekali teman dari berbagai kalangan.

Nah yang cukup menarik untuk diteladani adalah kecintaannya terhadap ilmu. Sebagai seorang guru sejarah spektrum bacaan dan wawasannya cukup lengkap. Diluar soal-soal sejarah yang sudah barang tentu menjadi pengetahuan spesialisasinya, dia juga memiliki Concern yang cukup baik dibidang ilmu agama. Dia juga mampu menghafal beberapa surat-surat yang panjang dalam Al Qur’an. Beberapa diantaranya seringkali digunakan sebagai bacaan ketika dia menjadi imam sholat. Bahkan salah seorang kawan saya, sebut saja namanya Faiqotul, mengaku merasakan kedamaian dan kekhusukan yang luar biasa saat menjadi makmumnya Mas Aldy.
Hal lain yang cukup menarik adalah kemampuannya dalam membaca beberapa kitab-kitab klasik dalam khasanah ilmu fikih maupun ilmu tarikh. Beberapa kitab favoritnya adalah Quratul ‘Uyun dan Fathul Izar. Selain itu dia juga secara rutin membalah kitab Khulashoh Nurul Yakin untuk para santriwati di Ma’had MAN Sumenep. Dengan kealiman dalam ilmu agama yang dimiliki maka pantas jika kadang kami memanggilnya dengan sebutan Gus Aldy.

Kehausannya akan ilmu juga bisa dilihat dari koleksi buku-buku dan kitab yang cukup banyak dan beragam disiplin ilmu. Rak bukunya selain dipenuhi dengan buku-buku babon tentang sejarah Indonesia dan dunia juga ada buku-buku Tentang psikologi, pengembangan diri juga kitab-kitab karya ulama klasik. Salah satu kitab yang pernah saya temukan dalam koleksinya adalah Muqaddimah-nya Ibnu Khaldun. 
Keluasan ilmu yang dimiliki mas Aldy bertambah lengkap dengan kelihaiannya dalam menulis. Karyanya bertebaran diberbagai buku bunga rampai dan juga jurnal-jurnal nasional. Ketekunannya dalam menulis dan meneliti sangat patut diacungi jempol. Bila dia sudah berada di depan layar laptop untuk menulis maka jarinya akan menari-nari tiada henti sampai lupa mandi.

Diluar dari segi keilmuan dan kealiman ada kelebihan lain yang jarang dimiliki orang lain yaitu keistiqomahan dalam bersilaturahim. Barangkali dia adalah pengamal hadis “barangsiapa ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan  umurnya, maka sambunglah silaturahim”. Dia merupaka orang yang ikhlas berkunjung kepada banyak temannya untuk berbagi ilmu. Jika dia sudah berkenan datang jangan berharap hanya satu atau dua jam saja, 4 sampai 5 jam pun tidak terasa karena kita terbius tak sadarkan diri (baca: tidur) dengan keasyikan topik yang dia sampaikan. 

Kelebihan terakhir dari mas Aldy yang bisa saya rekap disini adalah ahli Akronim. Dia merupakan orang yang paling gemar membuat akronim. Segala sesuatu bisa dibuat singkatan dan menjadi istilah yang baru. Bahkan tidak jarang singkatan-singkatannya menjerumus kepada singkata 18+. Hehehe...

Dengan segala kelebihan yang saya paparkan di atas tentu bisa disimpulkan dia merupakan incaran para pencari suami sholih nan cerdas. Sekaligus dia merupakan sosok ideal yang juga dicari para mertua-mertua pencari menantu tampan nan mapan. Namun rupanya tidak mudah meluluhkan hati Mas Aldy. Puluhan orang yang datang belum bisa menggetarkan hatinya. Banyak perempuan yang harus gigit jari mendapat penolakan halusnya. Banyak para mak comblang yang harus Pulang dengan tangan hampa saat dia menjawab penawaran dengan kalimat “iyo lek aku gelem”. Mungkin ada kriteria-kriteria khusus yang dia simpan sebagai syarat menjadi pendampingnya. 

Di usianya yang baru saja memasuki 27 tahun pada 14 Januari lalu, semoga Allah segera menunjukkan jalan menuju genapnya separuh agamanya. Tercapai semua angan dan harapannya. 

Terakhir, tidak adil rasanya jika saya hanya menampilkan kebaikan dan kelebihannya. Sebagaimana kata pepatah tiada gading yang tak retak. Begitu juga dengan Mas Aldi. Sebagai bukti kalau dia juga manusia biasa maka saya akan menunjukkan kekurangannya. Saya hanya menemukan satu saja kekurangannya, yaitu “Kurang Ajar”. Kwkwkkw...

Selamat Ulang Tahun Mas Aldy, Semoga panjang umur, dan panjang yang lain-lainnya. Semoga bisa lebih dari 15 *****
Tabik,

Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "Ronaldy, Sebuah Teladan Dalam Mencintai Ilmu"