Mencoba Berdamai, Berdamai Lagi dan Berdamai Terus
Pertentangan antara idealita dan realita kadang membuat batin menjadi bergejolak. Ada marah, jengkel juga sedih yang siap hadir sebagai respon dari pertentangan yang dialami. Kadang manusia memang dihadapkan pada pilihan-pilihan yang membuat dilema hati tiada terperi. Seperti makan buah simalakama, dimakan mati ibu tak dimakan mati bapak.
Dari pilihan-pilihan yang sering dihadapi mungkin yang agak berat adalah jika dihadapkan pada pertentangan antara logika dan batin. Jika pertentangan yang terjadi sama-sama membutuhkan pertimbangan logika saya kira bukan suatu yang rumit, tinggal memilih mana yang lebih baik menurut pertimbangan nalar logis manusia. Sebaliknya jika hanya sama-sama pertentangan batin kita tinggal memilih mana yang lebih mantap dihati. Tapi jika yang terjadi adalah pertentangan antara logika dan batin agak sedikit lebih rumit. Logika bisa memilih A tapi batin lebih cenderung ke B.
Kadang kita tahu bahwa pilihan terbaik secara logika adalah A tapi ada kepentingan batin yang menginginkan B. Dalam pertentangan model inilah kemudian kita harus berdamai. Cukup dengan marah, jengkel dan bersedih dalam kadarnya dan mencoba untuk meredam gejolak hati kemudian rela untuk berdamai.
Salah satu cara berdamai paling sederhana adalah berhusnudhon kepada Rabbul’aalamiin. Membenamkan dalam keyakinan terdalam bahwa segala ketetapan yang tergariskan oleh Allah adalah yang terbaik. Semua yang menjadi suratan takdir Allah mengandung hikmah yang pada saatnya nanti akan membuat kita bersyukur.
Cara ini mungkin mudah diucapkan tapi kadang sulit untuk dijalankan. Meskipun kadang kita sudah pernah mengalami kekecewaan yang berbuah kebahagiaan. Tapi saat kita ditimpa kembali pada rasa kecewa masih butuh waktu untuk meyakinkan hati bahwa ketetapan Allah adalah yang terbaik.
Memang butuh latihan dan kesadaran untuk terus belajar agar kita sampai pada kerelaan dan prasangka yang baik kepada Allah. Dari setiap peristiwa yang kita alami harus membawa kita pada kesadaran penuh bahwa hidup memang sebuah ajang untuk latihan berdamai. Berdamai dari satu hal dan beralih untuk berdamai dengan hal yang lain.
Semoga Allah selalu menuntun kita dalam jalan-jalan kedamaian dan kebaikan yang membawa kita pada rasa syukur yang tiada terputus. Semoga Allah menunaikan segala keperluan yang tak sanggup kita rumuskan dalam bingkai do’a, Karena memang Dia-lah yang lebih mengetahui...
Aamiin...
Jos
BalasHapusRuar biasa
BalasHapus